PENDAHULUAN
Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan diperhitungkan . .. (QS. Yunus: 5)
Segala kegiatan manusia tidak mungkin bisa lepas dari waktu. Begitu
juga dalam Islam, karena banyak ritualitas dalam Islam yang keabsahannya sangat
ditentukan oleh waktu seperti Shalat, Zakat, Haji dan sebagainya.[1]
Dengan adanya penentuan beribadah, manusia selalu menggunakan
perhitungan sebagaimana dalam persoalan penentuan pelaksanaan ibadah haji yang
telah diatur dalam al Qur’an, maka hal tersebut merupakan sebuah pedoman bagi
manusia dalam menjalankan semua aktifitas
yang berkaitan dengan ubudiah.
Berawal dari hal ini, maka disusunlah sebuah Almanak yang merupakan
manifestasi dari satuan waktu yang satuan-satuan tersebut dinotasikan dalam
ukuran hari, bulan, tahun dan sebagainya. Satuan-satuan inilah yang memberi
peran urgen bagi kepentingan ibadah manusia.[2]
Almanak adalah sebuah sistem perhitungan yang bertujuan untuk
pengorganisasian waktu dalam periode tertentu. Bulan adalah sebuah unit yang
merupakan bagian dari almanak. Hari adalah unit almanak terkecil, lalu sistem
waktu yaitu jam, menit, detik.[3]
Bentuk Almanak cukup banyak, bahkan dalam perhitungannya mempunyai
aturan siklus sendiri. Pada kesempatan ini kami akan menjelaskan mengenai Penanggalan
Hijriyah dengan Hisab ‘Urfi, yang kami rangkum dalam pembahasan seputar
sejarah seputar penanggalan hijriyah, pemikiran, serta perhitungan penanggalan
hijriyah menggunakan hisab ‘urfi.
A.
Sejarah PenanggalanTahun Hijriyah
Orang
Islam menggunakan sistem qamari berasaskan bilangan bulan yang tetap, dua belas
bulan dalam setahun.[4]Sistem
Almanak Islam tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriyah dihitung sejak peristiwa
hijrahnya Nabi Muhammad saw berserta para pengikutnya dari Makkah ke Madinah
atas perintah Allah swt. Dalam peristiwa hijrah ini bertepatan dengan 15 Juli
622 M. Jadi dalam Islam atau hijriyah 1 Muharram tahun 1 Hijriyah dihitung sejak
terbenamnya Matahari pada hari Kamis, 15 Juli 622 M.[5]
Peristiwa
hijrahnya Nabi beserta pengikutnya yang dipilih sebagai titik awal perhitungan
tahun, tentunya mempunyai makna yang amat dalam bagi umat Islam. Peristiwa
hijrahnya Nabi merupakan peristiwa besar dalam sejarah perkembangan Islam.
Walaupun
demikian, penanggaan tahun Hijriyah ini tidak langsung diberlakukan pada saat
peristiwa hijrah Nabi ketika itu. Namun pemberlakuan Almanak Islam baru
diperkenalkan 17 tahun setelah peristiwa hijrah.[6]Penetapan
hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah sebagai pondasi dasar kalender Hijriyah ini
dilakukan oleh sahabat Umar bin Khatab.[7]
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan hari berkisar 29-30 hari
(untuk bulan-bulan ganjil berumur 30 hari, sedang bulan-bulan genap berumur 29
hari, kecuali pada bulan ke 12 –Dzulhijjah– pada tahun kabisat berumur 30
hari).[8]
Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah swt:
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya
empat bulan haram. . . (QS. at
Taubah: 36)
Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah
Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya
saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Kalaupun
tahunnya disebut, biasanya sebutan tahun itu dikatkan dengan peristiwa penting
yang terjadi pada masa itu.[9]
Seperti istilah tahun gajah, tahun izin, tahun amar dan
tahun zilzal.
Penanggalan
hijriyah ini dimulai sejak Umar bin Khatab 2,5 tahun diangkat menjadi khalifah,
yaitu sejak terdapat persolan yang menyangkut sebuah dokumen yang terjadi pada
bulan Sya’ban. Abu Musa Al-Asy’ari
sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada
Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada
tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan khalifah Umar.Khalifah
Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka bermusyawarah
mengenai kalender Islam. Atas usul dari Ali bin Abi Thalib, penanggalan
hijriyah dihitung berdasarkan momentum hijrah Rasulullah saw dari Makkah ke
Madinah.[10]
Akhirnya
sebuah kesepakatan dicapai dengan menghitung Almanak Islam yang dimulai dari
hijrah Nabi saw dari Makkah ke Madinah. Dalam hal ini tidak ada perbedaan
pendapat mengenai tanggal berapa Nabi saw Hijrah dan ini berbeda dengan tanggal
kelahiran Nabi saw yang mereka berbeda pendapat. Kahlifah Umar memang tidak
menetapkan standar Almanak Islam dari kelahiran Nabi Muhammad dan kematian
beliau.[11]
Nama-nama bulan serta sistem perhitungannya masih tetap menggunakan sistem yang
disepakati oleh masyarakat Arab yang dimulai dari bulan Muharram dan diakhiri
dengan bulan Dzulhijjah.[12]
.
B.
Pemikiran Hisab Urfi Kalender Hijriyah
a.
Teoritis
Kalender Hijriyah perhitungannya didasarkan pada peredaran Bulan
mengelilingi Bumi menurut arah Barat-Timur yang lamanya rata-rata 29 hari 12
jam 44 menit 3 detik, yakni masa yang berlalu diantara dua ijtimak yang
berurutan (satu bulan Sinodis). Berdasarkan perhitungan ini 1 tahun Hijriyah
sama dengan 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik, atau 354 11/30 hari.[13] dalam sistem kalender qamariyah ini satu tahun ada 12 bulan, yaitu
Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Jumadil Ula, Jumadal Akhirah, Rajab, Sya’ban,
Ramadlan, Syawal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Setiap 30 tahun terdapat 11 tahun
kabisat (panjang= berumur 3555 hari) dan tahun basithah (pendek= berumur 354
hari). Tahun-tahun kabisat jatuh pada urutan ke 2, 5, 7, 10, 13, 15 (16), 18,
21, 24, 26, 29.[14] Sedangkan selebihnya (1, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 19,
21, 22, 23, 25, 27, 28, dan 30). Sebagai sarana dalam mempermudahnya kita bisa
menggunakan syair dibawah ini : كف الخليل كفه ديانه عن كل خل
حبه فصانه
Syair
ini terdiri dari 30 huruf Hijriyah, yang mana bila pada huruf tersebut terdapat
titiknya maka menandakan tahun kabisat, selaras dengan urutannya.[15] Bulan-bulan yang gasal ditentukan umurnya 30 hari sedangkan
bulan-bulan genap 29 hari. Dengan demikian 1 tahun umurnya 354 hari kecuali
tahun panjang umurnya ditetapkan 355 hari tambahan 1 hari itu diletakkan pada
bulan Dzulhijjah, sehingga menjadi 30 hari. Atas dasar sistem perhitungan
itulah ditetapkan satu unit perhitungan yang disebut dengan satu daur (siklus)
yang panjangnya 30 tahun, karena dalam satu tahun tersebut terdapat sebelas
tahun panjang maka dalam satu daurnya = 30 x 354 hari + 11 hari= 10.631 hari.
Kesatuan ini digunakan untuk memudahkan perhitungan-perhitungan bilangan hari
menurut sistem kalender Hijriyah. Sehingga untuk menghitung bilangan tahun
Hijriyah, bilangan tahun dibagi dengan 30 dikalikan 10.631 hari, sisanya
dikalikan 354 hari. Sedang perhitungan bulan dihitung menurut ketentuan
tersebut di muka.[16]
No.
|
Bulan
|
Umur
|
Kabisat
|
Bhasithah
|
1
|
Muharram
|
30
|
30
|
30
|
2
|
Shafar
|
29
|
59
|
59
|
3
|
Rabiul Awal
|
30
|
89
|
89
|
4
|
Rabiul Akhir
|
29
|
118
|
118
|
5
|
Jumadil Awal
|
30
|
148
|
148
|
6
|
Jumadil Akhir
|
29
|
177
|
177
|
7
|
Rajab
|
30
|
207
|
207
|
8
|
Sya’ban
|
29
|
236
|
236
|
9
|
Ramadlan
|
30
|
266
|
266
|
10
|
Syawal
|
29
|
295
|
295
|
11
|
Dzulqa’dah
|
30
|
325
|
325
|
12
|
Dzulhijjah
|
29/30
|
355
|
354
|
Ketentuan umur-umur bulan ini hanya berlaku dalam hisab ‘Urfi.
Sedangkan dalam hisab hakiki, umur bulan ditentukan berdasarkan variabel posisi
riil Bulan (Hilal). Karena itu boleh jadi antara kalender Hijriyah yang disusun
berdasarkan Hisab Hakiki dan yang disusun berdasarkan Hisab ‘Urfi kadang
terdapat selisih 1 hari.[18]
Kalender Bulan atau kalender kamariyah memanfaatkan fase-fase
perubahan Bulan sebagai acuan perhitungan waktu. Bulan memiliki beberapa fase
atau bentuk, yakni al-muhaq, hilal, at-tarbit, al-uhdud dan al-badr. Ketika
seorang pengamat melihat seluruh permukaan Bulan bersinar, saat itulah Bulan
dalam fase al-badr (purnama). Saat Bulan nampak bersinar separuhnya,
saat itulah Bulan dalam fase at-tarbi al-awwal (kwartir pertama) bila
terjadi di awal bulan atau at-tari as sani (kwartir kedua) jika terjadi
di akhir bulan. Jika Bulan terlihat bagaikan sabit, berarti Bulan dinamakan
dengan al-hilal, dan fase antara t-tarbi dan al-badr dinamakan
dengan uhdub.[19]
Hisab ‘Urfi kalender ialah suatu model perhitungan penanggalan yang
didasarkan pada masa siklus rata-rata pergerakan benda langit menjadi acuannya,
yaitu Matahari untuk kalender syamsiyah (solar), dan Bulan untuk kalender
qamariyah (lunar).[20]
Sementara menurut referensi lain disebutkan bahwa Hisab urfi adalah sistem perhitungan
kalender yang didasarkan pada peredaran rata-rata bulan
mengelilingi bumi dan ditetapkan secara konvensional.[21] Jika melihat
sisi historisitasnya sistem
hisab ini dimulai sejak ditetapkan oleh khalifah Umar
bin Khattab ra (17 H) sebagai acuan untuk
menyusun Kalender Islam abadi.[22]
Dalam penentuan awal bulan Hijriyyah, perhitungan dengan umur
rata-rata bulan. Perhitungan ini dipakai dalam perhitungan bulan Jawa Islam dan
perhitungan dengan hisab hakiki, perhitungan untuk menentukan saat munculnya
hilal, dimana saat hilal muncul merupakan penanda masuknya bulan baru. Pada
hisab urfi, umur bulan, Ramadlan misalnya, bersifat tetap (umur rata-rata bulan
Ramadlan 30 hari). Sedangkan pada hisab Hakiki, umur bulan tidak tetap
bergantung pada kemunculan hilal.[23] Sementara itu
Mohammad Ilyas yang dianggap sebagai penggagas kalender islam Internasional
menjelaskan, kalender Hijriyah atau kalender islam adalah kalender yang
berdasar atau perhitungan kemungkinan hilal atau bulan sabit terlihat pertama
kali dari sebuah tempat pada suatu Negara.[24]
Seperti sudah dikemukakan, dalam kalender ‘urfi Hijriyah dikenal
siklus (daur) 30 tahunan yang terdiri dari 11 tahun panjang dan 19 tahun
pendek. Dengan demikian umur siklus (daur) kalender Hijriyah adalah [(30 x 354)
+ 11 ]= 10.631 hari.
Thn
|
Umur
|
Total
|
Thn
|
Umur
|
Total
|
1
|
354
|
345
|
16
|
355
|
5.670
|
2
|
355
|
709
|
17
|
354
|
6.024
|
3
|
354
|
1.063
|
18
|
355
|
6.379
|
4
|
354
|
1.417
|
19
|
354
|
6.733
|
5
|
355
|
1.772
|
20
|
354
|
7.087
|
6
|
354
|
2.126
|
21
|
355
|
7.442
|
7
|
355
|
2.481
|
22
|
354
|
7.796
|
8
|
354
|
2.835
|
23
|
354
|
8.150
|
9
|
354
|
3.189
|
24
|
355
|
8.505
|
10
|
355
|
3.544
|
25
|
354
|
8.859
|
11
|
354
|
4.252
|
26
|
355
|
9.214
|
12
|
354
|
4.252
|
27
|
354
|
9.568
|
13
|
355
|
4.607
|
28
|
354
|
9.922
|
14
|
354
|
4.961
|
29
|
355
|
10.277
|
15
|
354
|
5.315
|
30
|
354
|
10.631
|
C.
HISAB URFI KALENDER HIJRIYAH
Menurut Susiknan Azhari dan Ibnor Azli Ibrahim penanggalan berdasarkan
hisab urfi memiliki karakteristik:[26]
1).Awal tahun pertama
Hijriah (1 Muharam 1 H) bertepatan dengan hari Kamis tanggal 15 Juli 622 M;
2).Satu periode (daur)
membutuhkan waktu 30 tahun;
3).Dalam satu periode/
30 tahun terdapat 11 tahun panjang (kabisat) dan 19 tahun pendek (basitah).
Untuk menentukan tahun kabisat dan basitah dalam satu periode biasanya
digunakan syair:
كف الخليل كفه ديا نه * عن كل خل حبه فصانه
Tiap huruf yang bertitik menunjukkan tahun kabisat dan huruf yang tidak
bertitik menunjukkan tahun basitah. Dengan demikian, tahun-tahun kabisat
terletak pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29:
4).Penambahan satu hari pada
tahun kabisat diletakkan pada bulan yang kedua belas/ Zulhijah;
5).Bulan-bulan gasal
umurnya ditetapkan 30 hari, sedangkan bulan-bulan genap umurnya 29 hari
(kecuali pada tahun kabisat bulan terakhir/ Zulhijah ditambah satu hari menjadi
genap 30 hari);
6).Panjang periode 30
tahun adalah 10.631 hari (355 x 11 + 354 x 19 = 10.631). Sementara itu, periode
sinodis bulan rata-rata 29,5305888 hari selama 30 tahun adalah 10.631,01204
hari (29,5305888 hari x 12 x 30 = 10.631,01204)
7).Perhitungan
berdasarkan hisab Urfi ini biasanya dijadikan sebagai ancar-ancar sebelum
melakukan perhitungan penanggalan ataupun perhitungan awal bulan berdasarkan
hisab Hakiki. Bila tanpa melakukan perhitungan sebelumnya secara Urfi tentulah
para ahli Falak tersebut akan mengalami kesulitan.[27]
Nama-nama dan panjang
bulan Hijriah dalam Hisab Urfi sebagai berikut:
No
|
Nama Bulan
|
Jumlah Hari
|
No
|
Nama Bulan
|
Jumlah Hari
|
1
|
Muharam
|
30 hari
|
7
|
Rajab
|
30 hari
|
2
|
Safar
|
29 hari
|
8
|
Syakban
|
29 hari
|
3
|
Rabiul Awal
|
30 hari
|
9
|
Ramadan
|
30 hari
|
4
|
Rabiul Akhir
|
29 hari
|
10
|
Syawal
|
29 hari
|
5
|
Jumadil Awal
|
30 hari
|
11
|
Zulkaidah
|
30 hari
|
6
|
Jumadil Akhir
|
29 hari
|
12
|
Zulhijah
|
29/30 hari
|
Berdasarkan ketentuan umur tahun, bulan, dan siklus itu tadi kita
dapat menghitung kalender hijriyah yang kita kehendaki dengan langkah-langkah
sebagai berikut:[28]
Pertama, Tentukan dulu
berapa tahun, berapa bulan, dan berapa hari usia kalender Hijriyah sampai
dengan tanggal yang kita kehendaki.
Kedua, Angka yang
dibagi 30 untuk megetahui jumlah siklusnya. Kalikan angka siklus dengan 10.631
untuk mendapatkan jumlah harinya.
Ketiga, Jika ada
kelebihan tahun (tidak mencapai siklus), maka untuk mendapatkan jumlah harinya
dikalikan angka tahun itu hari untuk setiap tahun panjang didalamnya.
Tahun-tahun panjang dalam siklus 30 tahunan itu berada pada urutan tahun ke- 2,
5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, dan 29.
Keempat, Angka bulan,
hitunglah jumlah harinya dengan mengingat umur masing-masing bulan.
Kelima, Jumlahkan hasil
langkah 2, 3, dan 4 itu, lalu tambahi dengan angka hari (tanggal) dari bulan
terakhir yang belum penuh untuk mendapatkan jumlah hari Hijriyah sampai dengan
tanggal yang kita kehendaki.
Contoh:
Jika kita ingin mengetahui hari
dan pasaran Hijriyah dengan menggunakan hisab ‘urfi pada tanggal 1
Ramadhan 1436 H adalah sebagai berikut:
SATUAN
|
RINCIAN
|
TAMPUNGAN
|
HASIL
|
|||
Siklus
|
Tahun
|
Tahun
|
Bulan
|
Hari
|
||
Tahun
|
1435 : 30
|
47
|
25
|
-
|
-
|
-
|
47 siklus x 10.631 hari
|
-
|
-
|
-
|
-
|
499657
|
|
25 tahun x 354 + 9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8859
|
|
Bulan
|
8 Bulan (Muharram– Sya’ban)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
236
|
Hari
|
1 (dalam Ramadhan)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
JUMLAH
|
-
|
-
|
-
|
-
|
508753
|
Setelah mendapatkan jumlah hari, berikutnya kita bisa menentukan
nama hari dan pasarannya, yaitu sebagai berikut:
SATUAN
|
RINCIAN
|
TAMPUNGAN
|
HARI / PASARAN
|
||
Pokok
|
Sisa
|
Ke
|
Nama
|
||
HARI
|
508753 : 7
|
72679
|
0/ 7
|
0/ 7
|
Kamis
|
PASARAN
|
508753 : 5
|
101750
|
3
|
3
|
Pon
|
Urutan hari Hijriyah adalah sebagai berikut: [29]
1.
Jum’at
2.
Sabtu
3.
Ahad
4.
Senin
5.
Selasa
6.
Rabu
7.
Kamis
Sedangkan urutan pasaran Hijriyah adalah sebagai berikut:[30]
1.
Legi
2.
Pahing
3.
Pon
4.
Wage
5.
Kliwon
Jadi, 1 Ramadhan tahun 1436 H jatuh pada hari Kamis Pon.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak Perjumpaan
Khasanah Islam dan Sains Modern, (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007,
cet II).
Depag RI. Pedoman
Perhitungan Awal Bulan Kamariah, cet.
II (Jakarta: Ditbinbapera, 1995).
Departemen Agama RI, Almanak Hisab Rukyah, (Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981).
Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem
Penanggalan Masehi, Hijriyah dan Jawa, (Semarang: Program Pasca Sajana IAIN
Walisongo Semarang, cet. I, 2011).
Ilyas, Mohammad, Sistem Kalender Islam dari Perspektif Astronomi,
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997).
Izzuddin, Ahmad,
Ilmu Falak Praktis, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012).
Khazin, Muhyidin, Ilmu
Falak Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004).
Musonnif, Ahmad, Ilmu Falak Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah
Kiblat, Hisab Urfi Dan Hisab Hakiki Awal Bulan, (Yogyakarta: Teras, cet. I,
2011).
Nashirudin, Muh., Kalender Hijriyah Universal Kajian Atas Sistem
dan Prospeknya di Indonesia, (Semarang: El-Wafa, cet. I, t.t).
http://jayusmanfalak.blogspot.com/2010/01/takwim-kalender-islam.html,
diakses pada tanggal 17 Oktober 2013 pukul 13:39.
[1] Slamet
Hambali, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah
dan Jawa), (Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011),
hlm. 51.
[4] Mohammad
Ilyas, Sistem Kalender Islam dari Perspektif Astronomi, (Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1997), hlm. 4.
[6]Muhyidin
Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hlm. 110.
[7] Ahmad
Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012),
hlm. 7.
[8] Muhyidin
Khazin, op. Cit., hlm. 111.
[9] Slamet
Hambali, op. Cit., hlm. 58.
[10] Muhyidin
Khazin, op. Cit., hlm. 110.
[11]Slamet Hambali,
op. Cit., hlm. 59.
[13] Ibid, hlm.
106.
[14] Muhyiddin
Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
cet. IV, tt), hlm. 111.
[15] Slamet
Hambali, Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah
dan Jawa, (Semarang: Program Pasca Sajana IAIN Walisongo Semarang, cet. I,
2011), hlm. 63.
[16] Departemen
Agama RI, Almanak Hisab Rukyah, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan
Peradilan Agama Islam, 1981), hlm. 43.
[17] Slamet
Hambali, Loc.cit, hlm. 63.
[18] Ahmad
Musonnif, Loc.cit, hlm. 109.
[19] Muh.
Nashirudin, Kalender Hijriyah Universal Kajian Atas Sistem dan Prospeknya di
Indonesia, (Semarang: El-Wafa,tt, cet. I), hlm. 31.
[20] Ahmad
Musonnif, Ilmu Falak Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah Kiblat, Hisab Urfi
Dan Hisab Hakiki Awal Bulan, (Yogyakarta: Teras, cet. I, 2011), hlm. 99.
[21] Depag RI. Pedoman
Perhitungan Awal Bulan Kamariah, cet.
II (Jakarta: Ditbinbapera, 1995), hlm. 7.
[22] Penjelasan selengkapnya tentang
alasan mengapa Umar bin Khattab ra
menetapkan peristiwa hijrah sebagai landasan
hitungan baca Nourouzzaman Shiddiqi. Jeram-jeram
Peradaban Muslim, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996,
cet. I), hlm. 81 – 86.
[23] Loc.cit. hlm.
106-107.
[24]Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khasanah
Islam dan Sains Modern, cet II (yoyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007), hlm.
84.
[25] Ahmad
Musonnif, Log.cit, hlm. 109-110.
[26] http://jayusmanfalak.blogspot.com/2010/01/takwim-kalender-islam.html, diakses pada
tanggal 17 Oktober 2013 pukul 13:39.
[27] Ibid.
[28] Ahmad
Musonnif, Ilmu Falak , (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 110 – 112.
[29] Ibid.
[30] Ibid.